Selasa, 24 Oktober 2017

contoh laporan antropometri



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  latar Belakang
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau ergonomics ( bahasa Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk - produk buatannya. ( sumber : Sritomo Wignjosoebroto )
Menurut Nurmianto (1991), Anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Salah satu bidang keilmuan ergonomi adalah Anthropometri yaitu suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. ( sumber : Menurut Nurmianto (1991) ).
Anthropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data Anthropometri yang berhasil akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal:
a.       Perancangan areal kerja (work station)
b.      Perancangan alat kerja seperti mesin, equipment perkakas (tools)
c.       Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja dan sebagainya
d.      Perancangan lingkungan fisik.
Produk  adalah barang yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan kepada konsumennya. Perencanaan dan perancangan produk adalah satu set kegiatan yang dimulai dari timbulnya persepsi bahwa ada kesempatan (opportunity) di pasar, dan berakhir dengan produksi, penjualan, dan pengiriman produk. Dalam seri tulisan ini, produk yag akan dibahas akan diberi batasan sebagai berikut : hasil rekayasa (engineered), diskrit, dan mempunyai bentuk fisik. (sumber : http://adamnsath.blogspot.co.id/2012/03/landasan-teori-anthropometri.html ).
Pada prakrikum kali ini akan membahas tentang perancangan produk secara baik dan benar secara ergonomic. Selain itu kita juga dapat belajar tentang kriteria-kriteria apa saja yang seharusnya ada dalam menciptakan sebuah produk. Sehingga dalam bekerja kita dapat merasa nyaman. Yang paling pentig dalam ppperancangan produk adalah untuk meminimalisir kemungkinan seseorang untuk terkena Penyakit Akibat Kerja.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
a.    Mampu merancang suatu prduk atau fasilitas kerja yang sesuai dengan prinsip ergonomic.
b.   Mengaplikasikan data-data ergonomic pada praktikum sebelumnya
c.    Mampu menerapkan prinsip perbaikan dan kaidah inovasi dalam bentuk rancangan produk ergonomis.



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Perancangan produk
      Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan yaitu :
-          aktifitas dengan maksud tertentu
-          sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan
-          berdasarkan pada pertimbangan teknologi.
Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut :
·         Berorientasi pada tujuan
·         Variform.
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
·         Pembatas. Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya :
a.       Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
b.      Ekonomis; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat.
c.       Perimbangan manusia; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya.
d.      Faktor-faktor legalisasi: mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
e.       Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang telah dibuat.
f.       Evolutif; berkembang terus/ mampu mengikuti perkembangan zaman.
g.      Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.
Sedangkan karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang perancang antara lain:
a.       Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
b.      Memiliki Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul.
c.       Berdaya cipta.
d.      Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
e.       Mempunyai keahlian dalam bidang Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis rancangan yang dibuat.
f.       Dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
g.      Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif yang terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (Action).
Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja ( Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992) Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum ( Roebuck J, 1995) adalah:
·         Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement).
·         Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
·         Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
·         Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
·         Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai.
·         Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
·         Pengambilan data.
·         Pengolahan data
·         Visualisasi rancangan.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain :
·         Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya. Analisa Ekonomi
·         Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
·         Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hukum yang berlaku dan dari hak cipta.
·         Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk/ hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen.
·         Analisa Nilai
Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu :
-          Uses Value : Berhubungan dengan nilai kegunaan
-          Esteem Value : Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
-          Cost Value : Berhubungan dengan pembiayaan
-          Excange Value : Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :
1.      Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.
2.      Perancangan untuk pemakaian rata-rata
Data dengan persentil 50 %.
3.      Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable)
(sumber : eprints.upnjatim.ac.id/4797/2/file2.pdf )
Perancangan produk yang disesuaikan dengan factor ergonomic merupkan suatu hal yang mutlak untuk dilaksanakan, guna mencapai fungsi utama dari pembelajaran ilmu ergonomic. Factor kesesuaian terhadap manusia sangat dikedepankan dalam merancang suatu produk atau fasilitas kerja. Sehingga kegunaan produk dapat optimal.
Bila dilihat dalam skema sistem produksi, berdasarkan sistem input dan output, maka sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut :
1. Mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu-kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun Sistem Produksi itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) yang berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
3. Mempunyai aktivitas, berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Output dari proses dalam sistem produksi dapat berbentuk barang dan/atau jasa, yang dalam hal ini disebut produk. Pengukuran karakteristik output seyogianya mengacu kepada kebutuhan atau keinginan pelanggan dalam pasar yang amat sangat kompetitif sekarang ini.
Perancangan atau pengembangan produk dibutuhkan oleh produsen dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dengan cara mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen akan manfaat produk, mendesainnya sampai ke tingkat perencanaan pembuatan produk tersebut. Hal ini berkaitan erat pula dengan siklus hidup produk tersebut. Perancangan yang baik akan menghasilkan produk unggulan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan customer. Karenanya perancangan yang baik membutuhkan input dari berbagai sisi dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Proses perancangan sangat mempengaruhi produk, sedikitnya dalam tiga hal, yaitu biaya pembuatan produk, kualitas produk dan waktu penyelesaian produk mulai dari diterimanya kebutuhan akan suatu produk sampai produk tersebut dapat dipasarkan.
Pengaruh tersebut adalah akibat keputusan-keputusan yang diambil pada proses perancangan, seperti produk dan komponen-komponennya yang mudah dibuat karena itu hanya memerlukan mesin perkakas yang sederhana dan murah, dibuat dari material yang murah tetapi kuat, produk yang mudah dirakit dan dirawat, pemilihan komponen jadi yang dibeli dari pihak lain yang tepat dan murah, pemilihan teknologi yang tersedia, dan lain-lain. Khusus untuk dua hal yang terakhir, yaitu pemilihan komponen jadi yang harus dibeli dari pihak lain dan pemilihan teknologi yang tersedia adalah hal yang sangat krusial. untuk kasus perancangan di Indonesia. Jangan sampai perancangan produk dikuasai oleh perancang asing, sebab mereka dapat mengambil keputusan dalam dua hal tersebut sedemikian rupa sehingga Indonesia tidak dapat ikut dalam partisipasi dalam realisasi pembuatan produk, karena tidak bisa membuat komponen jadi yang diperlukan produk dan karena tidak mempunyai teknologi yang diperlukan.
Dalam hal disain produk, bila kita lihat dari sisi pemakainya yang langsung, barangkali kita dapat membagi peran ergonomi ini ke dalam dua kelompok, yaitu :
-          Dari sisi operator (perakit)
Pada saat suatu produk sedang berada pada tahap-tahap pembuatannya, komponen-komponen atau produk setengah jadinya mungkin (hampir) sama persis. Dalam hal ini, waktu perakitannya mungkin berbeda-beda pula akibat cara kerja dan urutan kerja yang berbeda di dalam tahap perakitan produk tersebut. Dengan bantuan ergonomi (atau secara lebih luas dengan methods engineering) mungkin kita dapat menyederhanakan dan mendisain bentuk-bentuk (komponen) yang lebih mudah, lebih aman, dan lebih cepat dibuat/dirakit.
-          Dari sisi konsumen produk jadi
Para ahli manajemen pemasaran sering mengemukakan bahwa ada hal-hal yang berada dalam pengendalian perusahaan yang sangat berperan dalam keberhasilan memasarkan suatu produk, yang disebut sebagai bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion).

2.1 Penggunaan Data Antropometri
Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat  besar manfaatnya pada saan perancangan produk ataupun fasilitaas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip  – prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a.       Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu dengan Ukuran yang Ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran  produk, yaitu :
(1)   Bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata – ratanya.
(2)   Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada)
Agar bisa memenuhi kebutuhan pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
(1)   Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 95-th percentile.
(2)   Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil  berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (5-th) dari distribusi data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya
b.      Prinsip Perancangan Produk yang Bisa Dioprasikan di Antara Rentang Ukuran Tertentu.
Disini rancangan bisa dirubah – rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th  percentile.
c.       Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata – Rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata – rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata – rata. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses  perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah – langkah sebagai berikut :
(1)   Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
(2)   Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam perancangan tersebut.
(3)   Tentuka populasi terbesar yang harus di antisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan  produk tersebut.
(4)   Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel, ataukah ukuran rata – rata.
(5)   Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%
(6)   Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberika informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
 
Gambar 2.5.3.2 Data Antropometri Kepala
Keterangan :
(1)   Panjang Kepala.
(2)   Lebar kepal.
(3)   Diameter maksimum dari dagu.
(4)   Dagu kepuncak kepala.
(5)   Telinga kepuncak kepala.
(6)   Telinga kebelakang kepala.
(7)   Antara dua telinga.
(8)   Mata kepuncak kepala.
(9)   Mata kebelakang kepala.
(10)  Antara dua pupil kepala.
(11)  Hidung kepuncak kepala.
(12)  Hidung kebelakang kepala.
(13)  Mulut kepuncak kepala.
(14)  Lebar mulut.
Gambar 2.5.3.3 Data antropometri yang diperlukan
Keterangan :
(1)   Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
(2)   Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3)   Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4)   Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5)   Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukan).
(6)   Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala).
(7)   Tinggi mata dalam posisi duduk.
(8)   Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9)   Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10)  Tebal atau lebar paha.
(11)  Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12)  Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian  belakang dari lutut/betis.
(13)  Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
(14)  Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
(15)  Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16)  Lebar pinggul/pantat.
(17)  Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukan pada gambar).
(18)  Lebar perut
(19)  Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari – jari dalam posisi siku tegak lurus.
(20)  Lebar kepala.

(1)   Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.
(2)   Lebar telapak tangan.
(3)   Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar – lebar kesamping kiri – kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
(4)   Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
(5)   Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan dalam gambar).
(6)   Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan. Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki – laki dan perempuan, harga rata – rata (), standar deviasi (X) serta  percentile tertentu (5-th, 50-th dan 95-th).

 

2.3 Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan.
Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur dalam posisi tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis sesuai dengan fungsi yang bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional body dimension) dan dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan ukuran - ukuran yang harus diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas kerja maupun stasiun kerja. Persoalan yang paling mendasar dalam mengaplikasikan data antropometri dalam proses perancangan adalah bagaimana bisa menemukan dimensi ukuran yang paling tepat untuk rancangan yang ingin dibuat agar bisa mengakomodasikan mayoritas dan potensial populasi yang akan menggunakan/mengoperasikan hasil rancangan tersebut. Dalam hal ini ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar menentukan minimum dan/atau maksimum ukuran yang umum ingin ditetapkan, yaitu :
-          Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang diperlukan untuk menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan orang untuk dengan leluasa melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun kerja baik pada saat mengoperasikan maupun harus melakukan perawatan dari fasilitas kerja (mesin dan peralatan) yang ada. Jarak ruangan (clearance) dalam hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran tubuh yang terbesar (upper percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan. Sebagai contoh pada saat kita merancang ukuran lebar jalan keluar - masuk (personal aisle) ke sebuah areal kerja, maka disini dimensi ukuran lebar jalan akan ditentukan berdasarkan data antropometri (lebar badan) dengan persentil terbesar (95 thn atau 97.5 th percentile) dari populasi.
-          Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang diperlukan untuk menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan agar mayoritas populasi akan mampu menjangkau dan mengoperasikan peralatan kerja (tombol kendali, keyboard, dan sebagainya) secara mudah dan tidak memerlukan usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak jangkauan akan ditetapkan berdasarkan ukuran tubuh terkecil (lower percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan dan biasanya memakai ukuran 2.5th atau 5th percentile. Berdasarkan dua dimensi rancangan tersebut diatas dan untuk mengaplikasikan data antropometri agar bisa menghasilkan rancangan produk, fasilitas maupun stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh dari populasi pemakai terbesarnya (fitting the task to the man); maka ada tiga filosofi dasar perancangan yang bisa dipilih sesuai dengan tuntutan kebutuhannya (Tayyari dan Smith, 1997), yaitu
a)      Rancangan untuk ukuran rata - rata (design for average), yang banyak dijumpai dalam perancangan produk/fasilitas yang dipakai untuk umum (public facilities) seperti kursi kereta api, bus dan fasilitas umum lainnya yang akan dipakai oleh orang banyak (problem utama jarang sekali dijumpai orang yang memiliki dimensi ukuran rata - rata, sehingga rancangan yang dibuat tidak akan bisa sesuai dengan ukuran mayoritas populasi yang ada);
b)      Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan untuk mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil atau yang terbesar (dipilih salah satu) dengan oritentasi mayoritas populasi akan bisa terakomodasi oleh rancangan yang dibuat; dan
c)      Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim ukuran yang lain (design for range), yang diaplikasikan untuk memberikan fleksibilitas ukuran (karena ukuran mampu diubah - ubah) sehingga mampu digunakan oleh mereka yang memiliki ukuran tubuh terkecil maupun yang terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari range percentile 5th dan 95th).
Selanjutnya untuk mengaplikasikan data antropometri dalam proses perancangan ada beberapa langkah dan sistematika prosedur yang harus ditempuh yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)      Tentukan terlebih dahulu mayoritas (potensi) dari populasi yang diharapkan akan memakai/mengoperasikan produk/fasilitas rancangan yang akan dibuat (seperti yang dilakukan dalam langkah penetapan target & segmentasi pasar),
b)      Tentukan proporsi dari populasi (percentile) yang harus diikuti, seperti 90Th , 95th , 97.5th ataukah 99th percentile?
c)      Tentukan bagian - bagian tubuh dan dimensinya yang akan terkait dengan rancangan yang dibuat,
d)     Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti apakah rancangan tersebut untuk ukuran ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (range), ataukah menggunakan ukuran rata - rata, dan
e)      Aplikasikan data antropometri yang sesuai dan tersedia, bilamana diperlukan tambahkan dengan “allowance” untuk mengantisipasi ketebalan pakaian yang harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan sebagainya.

2.4 Perancangan Stasiun Kerja
Stasiun kerja (work station) adalah area, tempat atau lokasi dimana aktivitas produksi akan diselenggarakan untuk merubah bahan baku menjadi sebuah produk yang memiliki nilai tambah. Apple (1977) mendefinisikannya sebagai “the space occupied by a machine or work bench, necessary auxilliary equipment, and operator; or it may contain a group of smaller or a group of similar machines, and may require more than one operator”. Stasiun kerja merupakan area 3 (tiga) dimensi yang mengelilingi seorang pekerja (operator) yang batas - batas dimensi ruangnya akan ditentukan oleh titik - titik singgung yang dapat dicapai dengan mudah oleh bagian - bagian tubuh (terutama anggota tubuh untuk melakukan gerakan - gerakan kerja, seperti kaki maupun lengan/tangan) dan lokasi untuk penempatan mesin, perkakas kerja, mekanisme kendali maupun display, dan fasilitas kerja lainnya yang akan dioperasikan oleh pekerja.
Stasiun kerja yang dirancang secara benar akan mampu memberikan keselamatan dan kenyamanan kerja bagi operator yang selanjutnya akan berpengaruh secara signifikan didalam menentukan kinerjanya. Dalam hal ini ada hubungan yang erat antara kenyamanan dan produktivitas kerja yang mampu dicapai oleh seorang pekerja; meskipun masih banyak orang yang berasumsi bahwa produktivitas dan kualitas kerja (quality of work life) merupakan fungsi linier dari tingkatan upah maupun insentif yang bisa diberikan pada pekerja. Begitu pula banyak orang kurang menyadari kalau ketidaknyamanan kerja yang dirasakan oleh seorang pekerja ternyata diakibatkan kesalahan - kesalahan didalam perancangan fasilitas kerja yang harus dioperasikan maupun stasiun kerja dimana operator akan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam area kerja (work envelope) yang sempit dan terbatas. Ketidaknyamanan kerja bisa juga disebabkan oleh posisi kerja yang tidak benar (misalkan terlalu lama berdiri) dan mengakibatkan diperlukannya energi tambahan yang akhirnya mempercepat datangnya kelelahan, penurunan kinerja dan produktivitas.
Stasiun kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga pekerja akan mampu melaksanakan aktivitasnya secara efektif, leluasa dan nyaman. Spesifikasi rancangan stasiun kerja akan terkait erat dengan karakteristik fisik (data antropometri yang diukur baik melalui metode pengukuran statik maupun dinamik) manusia yang akan berinteraksi dengan sistem kerja yang ada. Untuk mencapai kondisi tersebut, maka ada 2 (dua) faktor penentu yang harus diperhitungkan dalam proses perancangan sebuah stasiun kerja, yaitu :
a)      harus selalu diingat bahwa populasi pekerja akan sangat bervariasi dan berbeda - beda baik dalam bentuk maupun ukuran tubuh (antropometri) -nya; dan
b)      harus dipahami benar tentang karakteristik dari populasi pemakai produk ataupun fasilitas kerja seperti pendidikan, kultur, skill, attitude, kemampuan fisik maupun mental, dan lain - lain. Kesalahan pokok yang sering dilakukan oleh seorang perancang adalah menempatkan karakteristik dan spesifikasi ukuran yang ada pada dirinya sendiri kedalam rancangan yang akan dibuatnya.
Prinsip yang ingin diterapkan disini adalah “if I can use it, it must be designed well”. Kesalahan mendasar semacam ini hanya dapat dieliminir dengan cara menerapkan data antropometri yang tepat dan relevan dengan populasi terbesar pemakainya. Agar dapat menghasilkan rancangan stasiun kerja yang mampu memberikan kondisi kerja yang efektif, efisien, nyaman dan aman, maka dalam hal ini Tayyari dan Smith (1997) merekomendasikan 6 (enam) prinsip umum untuk diikuti, yaitu sebagai berikut :
-          Prinsip tentang apa - apa yang harus bisa dilihat dan diidentifikasikan dengan jelas oleh seorang pekerja pada posisi dimana seharusnya dia berada. Untuk memenuhi prinsip ini, maka mekanisme display maupun kendali (kontrol) baik ditinjau dari segi jumlah maupun jenis/tipikalnya haruslah dirancang serta ditempatkan (layout) pada posisi dan jarak yang mudah untuk dilihat, dimonitor serta dioperasikan.
-          Prinsip tentang apa - apa yang harus mampu didengar secara jelas oleh seorang pekerja pada posisi dimana seharusnya dia berada. Apa yang harus bisa didengar secara jelas tersebut meliputi kebutuhan untuk bisa berkomunikasi lisan dengan pekerja lain (berada di stasiun kerja yang berbeda), kebutuhan untuk mampu mendengarkan signal suara yang berasal dari mesin ataupun fasilitas kerja yang dioperasikan dan menjadi tanggung - jawab dalam hal pengawasannya, dan sebagainya.
-          Prinsip tentang ruang lingkup tugas (aktivitas) yang harus dikerjakan oleh seorang pekerja dalam batas - batas area kerja yang menjadi tanggung - jawabnya.
Dalam hal ini harus bisa dianalisa dan diidentifikasikan gerakan - gerakan kerja yang harus dilakukan oleh pekerja, terutama pada saat yang bersangkutan harus berinteraksi dengan fasilitas kerja yang dioperasikannya. Gerakan - gerakan kerja tersebut bisa berupa kegiatan untuk mengangkat (lifting), membawa (transporting atau material handling), atau mengatur letak (positioning atau loading - unloading) material, dan sebagainya. Agar gerakan kerja tersebut bisa dilakukan secara leluasa, maka diperlukan akses ruang yang cukup untuk dilalui oleh pergerakan operator maupun peralatan material handling.
-          Prinsip tentang urutan kerja yang harus dilalui untuk penyelesaian sebuah kegiatan. Disini harus dipahami benar kondisi alami dan urutan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang pekerja.
-          Prinsip tentang perlunya ada ruang dan jarak (clearance) untuk memberikan keleluasaan pada pekerja agar bisa bekerja dengan efektif, efisien, nyaman dan aman. Analisa tekno-ekonomi dalam penetapan “clearance” yang harus diberikan akan menentukan kelancaran aktivitas yang harus dilakukan, dan disisi lain costs (untuk tambahan space) harus dijaga dalam batas - batas yang seminimal mungkin.
-          Prinsip tentang perlu tidaknya area khusus untuk menempatkan material (storage) dalam sebuah stasiun kerja. Perancang harus mengalokasikan ruang yang cukup untuk menempatkan bahan baku (raw material), produk setengah jadi (in-process work-pieces) dan produk jadi (finished goods).
Demikian juga perlu diberikan ruang yang cukup untuk penempatan perkakas kerja ataupun alat bantu lainnya yang akan digunakan dan harus disimpan dalam stasiun kerja. Berdasarkan ke enam prinsip tersebut diatas, maka dapat disimpulkan kalau perancangan stasiun kerja yang diharapkan memenuhi persyaratan ergonomis untuk menentukan dimensi ukuran akan didasarkan pada 3 (tiga) faktor, yaitu
a.       data antropometri yang dipakai,
b.      kondisi alami (nature) dari pekerjaan yang harus diselesaikan, dan
c.       pola perilaku pekerja. Perancangan stasiun kerja yang dilakukan secara benar akan mampu memberikan hasil kerja yang lebih ekonomis, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, memungkinkan pengaturan posisi kerja operator (duduk, berdiri atau kombinasi posisi kerja duduk dan berdiri), meminimalkan kelelahan fisik (ototi), serta meminimalkan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
2.5 Produk target
Dalam perancangan produk ini kami mengambil produk gerobak tangan yang digunakan untuk mengangkat material pada industry. Sekarang ini banyak sekali terdapat produk-produk gerobak tangan dengan berbagai bentuk dan harga yang bervariasi. Disini kami inigin mengambil satu sample produk gerobak tangan yang akan kami bahas dan kami jadikan sebagi produk yang ergonomis untuk pekerja bangunan. Hal ini bertujuan agar tercipta suatu produk yang tidak hanya awet namun juga tidak menimbulkan Penyakit Akibat Kerja ( PAK ).
Gerobak tangan atau kereta sorong atau gerobak sorong atau gerobak dorong adalah wahana kecil untuk membawa barang yang biasanya mempunyai satu roda saja. Gerobak didesain untuk didorong dan dikendalikan oleh seseorang menggunakan dua pegangan di bagian belakang gerobak. ( sumber : http://duniabahanbangunanbandung.blogspot.co.id/p/harga-gerobak-sorong-bandung.html )
Gambar 2.1 gerobak tangan

Gambar 2.2 gerobak tangan
( sumber : www.indonetwork.co.id )

2.6 Produk Acuan
DIP. Gerobak Dorong WB-6400
( sumber : www.diplines.com )

IP. Gerobak Dorong WB-6400 adalah gerobak untuk berfungsi untuk mengangkut pasir, air, batu alam dan lain-lain.

Feature :
·      Kapasitas air : 65 L
·      Kapasitas pasir : 5 CBF
·      Roda : Karet Padat

Spesifikasi :
Model 
:
 WB-6400 
Dimesnsi (Cm) 
:
Panjang : 140 cm
Lebar     : 68 cm
Tinggi    : 52 cm
Kapasitas
:
 130 Kg

2.7 Dimensi yang digunakan
      Dalam perancangan produk gerobak dorong kami menggunakan beberapa dimensi, seperti :
D4             : tinggi siku
D5             : tinggi genggaman tangan pada posisi  rilex
D15           : lebar bahu
D21           : panjang tangan
D22           : lebar tangan
T12            : lebar telapak tangan
T16            : tebal telapak tangan ( sampai ibu jari )
T18            : lebar maksimum ( iibu jari ke jari kelingking )



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1  Flowchart
Tujuan dan Manfaat
Metodologi Penelitian, Peralatan dan Prosedur Kerja
Menentukann objek produk
Rekap Data
Pengolahan Data :
1.      Menentukan data ergonomi dan dimensi utama yang digunakan dalam perancangan
2.      Menentukan prinsip perancangan
3.      Gambar desain rancangan (before and after) dalam ukuran dimensi skala
Selesai
Analisa produk jadi
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Latar Belakang



























3.2  Peralatan
a. Data ergonomi (anthropometri, grip strength, biomekanika dll)
b. Gambar sketsa disain.
c. Auto CAD, Corel Draw, Vissio, atau program graphic lainnya.

3.3  Cara Kerja
     Prosedur pelaksanaan praktikum perancangan produk yaitu :
1.      Praktikan menentukan objek yang ingin dibidik, bisa berupa perancangan dan perbaikan produk atau fasilitas kerja (konsultasikan dengan dosen)
a.       Objek boleh berupa produk jadi yang telah ada atau fasilitas kerja yang telah ada.
b.      Objek merupakan suatu produk atau fasilitas kerja yang tidak ergonomis. Hal ini bisa diketahui dengan survey pendahuluan dengan bantuan kuisioner ataupun Nordic body map.
c.       Cari data dimensi yang berhubungan dengan produk tersebut, misalnya : tinggi awal,lebar awal dll.
2.      Menentukan data ergonomi dan dimensi utama yang digunakan dalam perancangan.
a.       Tentukan dimensi tubuh mana yang menjadi fokus perhatian.
b.      Tentukan data yang akan digunakan dalam perancangan, dengan asumsi populasi yang dipakai adalah populasi kelas praktikan.
c.       Perhatikan juga faktor allowance.
3.      Menentukan prinsip perancangan.
a.       Pilih satu diantara tiga prinsip perancangan yang telah ada, yaitu :
·         Perancangan dengan ukuran ekstrim,
·         Perancangan yang bisa dioperasikan antara rentang ukuran tertentu, atau
·         Perancangan dengan ukuran rata-rata.
b.      Pilih data-data mana saja yang dipakai.
4.      Gambar desain rancangan (before and after) dalam ukuran dimensi skala. Penggambaran bisa menggunakan program AutoCAD, Visio, Corel Draw dll.
a.       Gambar produk awal (jika melakukan perbaikan/redesign) dengan dimensi yang terskala.
b.      Gambar produk akhir rancangan, beserta dimensinya.



BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Kuisioner
Umur                     :
Jenis kelamin         :
Pertanyaan
Sangat nyaman
Nyaman
Kurang nyaman
Tidak nyaman
Bagaimana besar diameter genggaman pada gerobak material ?




Bagaimana tinggi genggaman gerobak material  ?




Bagaimana lebar antar pegangan gerobak material ?




Bagaimana bahan pegangan gerobak material ?




Bagaimana tinggi bak gerobak material ?




Bagaimana panjang gerobak material ?





Table 4.1 tabel kuesioner
Keterangan :
Sangat nyaman    : 4
Nyaman               : 3
Kurang nyaman   : 2
Tidak nyaman      : 1

4.2 Hasil Responden
No
Pertanyaan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Rata - rata
1
Bagaimana besar diameter genggaman pada gerobak material
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2.6
2
Bagaimana tinggi genggaman gerobak material  ?
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2.3
3
Bagaimana lebar antar pegangan gerobak material ?
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2.8
4
Bagaimana bahan pegangan gerobak material ?
2
1
2
2
1
2
1
4
3
1
1.9
5
Bagaimana tinggi bak gerobak material ?
2
2
3
2
2
2
1
3
1
3
2.1
6
Bagaimana panjang gerobak material ?
2
3
3
2
2
2
1
4
2
3
2.4












2.35
Table 4.2 hasil rekap kuisioner

4.3 Menentukan Dimensi Tubuh yang digunakan
Dalam  perancangan  sebuah  produk  atau alat dalam  hal ini gerobak material untuk menentukan  tingkat ergonomi  atau kenyamanan  dalam bentuk ataupun desain dapat ditentukan dengan menganalisa dari data antropometri,  dengan cara mengukur  bentuk anatomi  tubuh manusia yang  berhubungan  dengan  yang  akan  dilakukan  perancangan.  Dalam produk ini akan dilakukan pengukuran antara lain:         
D4             : tinggi siku
D5             : tinggi genggaman tangan pada posisi  rilex
D15           : lebar bahu
D21           : panjang tangan
T16            : tebal telapak tangan ( sampai ibu jari )

Gambar 4.1 Anthropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya
(Sumber: www.imam-mucholis.blogspot.com, 2015)

Gambar 4.2 Anthropometri tangan manusia yang diukur dimensinya

4.4 Perhitungan Ukuran Gerobak Material
Pada pengukuran ini kita menambahkannya dengan allowance agar kerangka lebih nyaman dipakai. Untuk produk ini kita memakai data anthropometri laki –laki karena mayoritas pengguna adalah laki laki dengan percentile 95.
Untuk data antropometri D4 dan D5 kami menggunakan allowance. Dikarenakan untuk dimensi ini ditambah dengan tinggi sepatu pengguna. Untuk D22 atau T12 kami juga mengggunakan allowance karena biasanya pegawai menggunakan sarung tangan. Begitu juga dengan dimensi T16 kami juga menambahkan allowance dengan asumsi sama, biasanya pekerja menggunakan sarung tangan.
4.4.1 Perhitungan
a. Ukuran Minumum tinggi siku (D4) à tinggi pengangkatan
        = D4 laki-laki persentil 95
        = 1126 mm
        = 1,126 m
Ukuran Maksimum tinggi siku (D4)
        = D4 laki-laki persentil 95 + Allowance
        = 1,126 m + 0,05 m (tinggi sepatu)
        = 1,176 m
Sehingga allowance untuk tinggi pengangkatan pegangan menyesuaikan tubuh pengguna adalah sepanjang 1,176 m – 1,126 m = 0,05 m.
b. Ukuran Minumum tinggi genggaman tangan (D5) à tinggi pegangan
        = D5 laki-laki persentil 95
        = 807,76 mm
        = 0,808 m
Ukuran Maksimum tinggi genggaman tangan (D5)
        = D5 laki-laki persentil 95 + Allowance
        = 0,808 m + 0,05 m (tinggi sepatu)
        = 0,858 m
Sehingga allowance untuk tinggi pengangkatan pegangan menyesuaikan tubuh pengguna adalah sepanjang 0,858 m – 0,808 m = 0,05 m.

c. Ukuran Minumum lebar bahu (D15) à untuk lebar pegangan
        = D15 laki-laki persentil 5
        = 409,27 mm
        = 0,409 m
Ukuran Maksimum lebar bahu (D15)
        = D15 laki-laki persentil 5 + Allowance
        = 0,049 m + 0,05 m
        = 0,459 m
Sehingga allowance untuk lebar pegangan tangan saat memegang pegangan gerobak material menyesuaikan sarung tangan pengguna adalah 0,0459 m – 0,409 m = 0,05 m
d. Ukuran panjang tangan (D21)
        = D21 laki-laki persentil 50
        = 191,11 mm
        = 0,191 m
e. Ukuran Minumum tebal telapak tangan (T16)
        = T16 laki-laki persentil 50
        = 49,444 mm
        = 0,049 m
Ukuran Maksimum tebal telapak tangan (T16)
        = T16 laki-laki persentil 50 + Allowance
        = 0,049 m + 0,01 m (tinggi sepatu)
        = 0,059 m
Sehingga allowance untuk tebal telapak tangan saat memegang pegangan gerobak material menyesuaikan sarung tangan pengguna adalah setebal 0,059 m – 0,049 m = 0,01 m.

No
Dimensi
Persentil
Hasil
Ket
Minimum (m)
Maksimum (m)
1
D4
95
1,176
1,126
Menggunaan persentil ini agar pekerja dengan tinggi siku lebih tinggi   dapat memegang gerobak material dengan leluasa dan nyaman.
2
D5
95
858
0,808
Menggunaan persentil ini agar pekerja dengan tinggi genggaman tangan lebih besar   dapat memegang gerobak material dengan leluasa dan nyaman.
3
D15
5
0,409
0,459
Menggunaan persentil ini agar pekerja dengan lebar bahu lebih kecil dapat memegang gerobak material dengan leluasa dan nyaman.
4
D21
50
0,191

Menggunaan persentil ini agar pekerja dengan jangkauan jarak jangkauan lebih besar dapat memegang gerobak material dengan leluasa dan nyaman.
5
T16
50
0,059
0,049
Menggunaan persentil ini agar pekerja dengan lebar telapak tangan lebih besar maupun lebih kecil dapat memegang gerobak material dengan leluasa dan nyaman.
Table 4.3 Rekap data hasil perhitungan

4.5  PEMBAHASAN
·         Dimensi pertama yang kami gunakan adalah dimensi tubuh D4 yang merupakan ukuran tinggi siku. Dimensi ini digunakan untuk mengukur tingkat ke ergonomisan tinggi saat pengangkatan gerobak material. Kami menggunakan allowance 0.05 m dengan asumsi tinggi alas kaki pekerja. Sehingga tinggi pengangkatan pegangan menyesuaikan tubuh pengguna adalah sepanjang 1,126 m. Dengan hasil survey yang kami lakukan, tidak memerlukan re desain untuk tinggi dari gerobak material yang sudah beredar di pasaran.
·         Dimensi kedua yang kami gunakan adalah dimensi tubuh D5 yang merupakan ukuran tinggi genggaman tangan. Dimensi ini digunakan untuk mengukur tingkat ke ergonomisan tinggi pegangan gerobak material. Kami menggunakan allowance 0.05 m dengan asumsi tinggi alas kaki pekerja. Sehingga tinggi pengangkatan pegangan menyesuaikan tubuh pengguna adalah sepanjang 0,858 m. Dengan hasil survey yang kami lakukan, memerlukan redesain untuk bahan genggaman tangan pada gerobak. Hal ini dikarenakan pegangan gerobak menggunakan karet yang keras dan licin. Sebagai alternatifnya menggunakan ……………………………………………………………………………………………………………… gambar karet yang tepat
·         Dimensi yang kami gunakan adalah dimensi tubuh D15 yang merupakan ukuran lebar bahu. Dimensi ini digunakan untuk mengukur tingkat ke ergonomisan lebar pegangan gerobak material. Kami menggunakan allowance 0.05 m dengan asumsi lebar badan pekerja dengan pakaian pekerja. Sehingga lebar pegangan menyesuaikan tubuh pengguna adalah sepanjang 0,99 m. Dengan hasil survey yang kami lakukan, tidak memerlukan re desain untuk lebar pegangan gerobak material yang sudah beredar di pasaran.
·         Dimensi yang kami gunakan adalah dimensi tubuh D21 yang merupakan ukuran panjang tangan. Dimensi ini digunakan untuk mengukur tingkat ke ergonomisan pegangan gerobak material. Kami tidak menggunakan menggunakan allowance. Dengan hasil survey yang kami lakukan, tidak memerlukan re desain untuk lebar pegangan gerobak material yang sudah beredar di pasaran.
·         Dimensi yang kami gunakan adalah dimensi tangan T16 yang merupakan ukuran tebal telapak tangan. Dimensi ini digunakan untuk mengukur tingkat ke ergonomisan lingkaran pegangan gerobak material. Kami menggunakan allowance 0.01 m dengan asumsi tebal sarung tangan yang dipakai oleh pekerja. Sehingga lingkaran pegangan menyesuaikan lingkar tangan pengguna adalah sepanjang 0,049 m. Dengan hasil survey yang kami lakukan, tidak memerlukan re desain untuk tinggi dari gerobak material yang sudah beredar di pasaran.




4.6 GAMBAR PRODUK

    




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan
Produk gerobak material yang ada dipasaran di re-design berdasarkan dimensi tubuh yaitu D4, D5, D15, D21, D22, T12, T16, dan T18. Tujuannya adalah untuk memenuhi fungsi ergonomi bagi pengguna.
Data ergonomi yang diaplikasikan berupa data dimensi tubuh yang didapat selama pengukuran anthropometri dengan ditambahkan allowance, seperti re-design pada lebar maksimal tangan (T18) menggunakan percentile 95 anthropometri laki-laki dengan menambahkan allowance tebal sarung tangan yang digunakan pada pengguna. Sketsa gambar dibuat sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan.

5.2 Saran
1.      Pada saat melakukan pengukuran dimensi obyek sebaiknya melakukan pengukuran dengan teliti.
2.      Memilih percentile yang sesuai dengan perancangan produk, agar design yang dihasilkan dapat memenuhi fungsinya.




DAFTAR PUSTAKA


-          http://adamnsath.blogspot.co.id/2012/03/landasan-teori-anthropometri.html (diakses pada 20 Oktober 2015)
-          http://eprints.upnjatim.ac.id/4797/2/file2.pdf (diakses pada 20 Oktober 2015)